Saat aku tengah
menatap langit, muncul kerinduan padamu. Rasa yang menyiksa namun memberi warna
baru dalam khayalku. Kadang rindu hadir sebagai pelengkap, bahwa cinta yang
diperjuangkan sendirian adalah hal yang menyakitkan. Ya, berjuang sendirian.
Sendiri berjuang ketika rasa cinta itu muncul secara tiba-tiba, tanpa dipinta.
Sendiri berjuang menepis rasa kecewa saat cintamu memihak hati yang lain.
Memang sulit
mengungkapkan kebenaran, terutama tentang rasa. Adakalanya aku kecewa akan
sikapmu dan berharap kamu mengerti hal itu, namun kau menganggapnya sesuatu
yang biasa. Di satu sisi aku merasa kesal terhadapmu, dan di sisi lain aku
berharap kamu kembali lagi ke dalam lingkaran hidupku dengan membawa sejuta
pengertian.
Kapan cinta
sedikit saja mengandung kewarasan? Kala
tengah dilanda kebahagiaan, semua tentangnya serasa begitu sempurna. Sedangkan saat dilanda ombak ketidakakuran,
mengabaikannya begitu saja dan berpaling. Apakah begitu sebenarnya cinta?
Bukankah cinta seharusnya tidak selalu mengutamakan ego individual?
Mungkin memang
begitu risiko menjalin cinta. Kita harus siap ketika diterjang angin cemburu,
menahan batin ketika ditampar kepedihan hati dan harus menelan obat pahit
berupa kekecewaan. Terkadang kita harus mendahulukan orang yang kita cintai,
salah satunya merelakannya. Let him go.
Merelakan dia memilih hati yang lain, merelakannya bahagia bersama orang yang
kini dicintainya, yaitu orang lain yang kini mengisi hatinya, seseorang yang
lebih dicintainya daripada diri kita.
Andaikan kau
tahu, rasa ini sulit untuk dimatikan, dipadamkan, ataupun dimusnahkan. Andai
kau tahu, rasa ini bukanlah rasa biasa, tetapi rasa yang mengandung campuran
anatara kebahagiaan, kecemasan, serta pengharapan, yaitu cinta. Cinta. Lima
kata sejuta makna. Andai kau tahu, bayanganmu mendominasi pikiranku ketika aku
sedang menulis nyanyian hatiku saat ini. Andaikan kau tahu, kemarin aku memang
kesal terhadap sikapmu, namun ketahuilah bahwa hal itu tidak merubah perasaan
cinta yang selama ini ku simpan untukmu. Kapan kata ‘andai kau tahu’ berubah
menjadi ‘akhirnya kamu tahu’?. Entah. Atau mungkin kau tak perlu tahu?
Waktu yang akan
menjawab semua pertanyaanku. Waktu pula yang akan membawaku kepada kenyataan
bahwa menjangkau hatimu tak semudah memetik bunga dari tangkainya.